Selasa, 05 Maret 2013

“FAKTOR PENGHAMBAT DAKWAH Q”


“FAKTOR PENGHAMBAT DAKWAH Q”
Oleh :Ahmad Syarif

            Islam adalah agama dakwah. Artinya, bahwa Islam bisa tersebar ke seluruh penjuru dunia, dipeluk, dipahami dan diamalkan oleh manusia dari berbagai suku dan bangsa adalah oleh karena dakwah, yang dilancarkan tanpa henti di sepanjang kurun sejarah Islam. Salah satu dari inti ajaran Islam memang perintah kepada umatnya untuk berdakwah, yakni mengajak manusia kepada jalan Allah (tauhid) dengan hikmah (hujjah atau argumen). Dan menjadi salah satu ciri seorang mukmin adalah kepeduliannya terhadap dakwah. Bersama mukmin yang lain, ia bahu membahu melaksanakan amar makruf nahi mungkar. Ia yakin tidak ada aktifitas yang lebih mulia dalam hidup ini kecuali mendedikasikan diri dalam dakwah Islam.
äí÷Š$# 4n<Î) È@Î6y y7În/u ÏpyJõ3Ïtø:$$Î/ ÏpsàÏãöqyJø9$#ur ÏpuZ|¡ptø:$# ( Oßgø9Ï»y_ur ÓÉL©9$$Î/ }Ïd ß`|¡ômr& 4

"Serulah manusia ke jalan Rabb-mu (Allah) dengan jalan hikmah (hujjah) dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik" (QS. An-Nahl: 125)

            Dalam menjalankan tugas dakwah tentunya ada faktor-faktor penghambat, hal inilah yang saya alami ketika saya mendapat tugas MH (Muballigh Hijrah) pada Ramadhan tahun lalu, ini merupakan pengalaman pertama kali tugas MH tepatnya di daerah Kaliurang Barat. Kisah ini bermula ketika saya pertama kali berdakwah di Masjid an-Nur pada saat itu saya hanya seorang diri yang bertugas di Masjid tersebut, perlu diketahui bahwa di dareah yang saya tempati itu merupakan basis kristenisasi. Ada salah satu tempat yang ini merupakan asrama yang digunakan dalam menjalankan misinya, yaitu wisma pamulangan. Di wisma ini para misionaris mendoktrin para calon atau orang-orang yang bakal di baptis dengan berbagai cara yang mereka lakukan. Pada waktu itu saya lagi santai-santai makan di angkringan, kemudian ada salah satu warga yang melapor kepada saya, katanya ada orang yang lagi tiduran di Masjid, orang ini mau di baptis katanya. Kemudian saya datangi orang tersebut, dia masih pemuda. Kemudian dia menceritakan peristiwanya panjang lebar, yang intinya dia mau di baptis besok pagi, mendengar seperti itu saya langsung mengamankan pemuda tersebut di PUTM.
            Dari sepenggal kisah di atas ada beberapa problem yang saya alami dalam berdakwah yaitu Faktor Sosiologis. Yaitu bagaimana kita(para da’i) harus memahami kondisi sosial yang ada masyarakat setempat, masyrakat terdiri dari berbagai golongan dan lapisan yg menimbulkan perbedaan dalam status sosial, agama, ideologi, tingkat pendidikan, tingkat kekayaan dan sebagainya yang kesemuanya dapat menjadi hambatan dalam berkomunikasi, sehingga dengan kita memahami sosio cultural yang ada dalam suatu masyarakat, kita akan lebih berhati-hati dalam berdakwah. Di samping faktor sosiologis, hambatan yang saya alami adalah hambatan psikologis, ini terjadi pada saat saya berceramah, karena saya kurang memperhatikan karakter para jama’ah (terutama ibu-ibu)  mad’u saya, pada watu itu saya hanya bercanda akan tetapi ada salah satu jama’ah yang tipenya mudah tersinggung, sehingga apa yang saya sampaikan (hal ini bukan bermaksud untuk menghina) beliau merasa tersinggung. Dari sinilah pentingnya Ilmu Komunikasi dalam berdakwah, agar apa yang kita sampaikan bisa diterima oleh masyarakat.
 (Dalam mata kuliah ini diampu oleh dosen q yang sangat supel sekali, gaul, asyik dan menyenangkan, bisa membuat suasana kelas manjadi hidup lebih hidup, yang pas dan cocok para kawula muda, beliau adalah  pak Najiholic,,,,,,eeeeeeeeehhhhhh masih single kok,,,,, dipanggil kak ajha.. hehhehhehhehheh     PEACE UST,,,,,,” )

ALLAHU A’LAM

X-URANG, 5 Maret 2013

Tidak ada komentar:

Posting Komentar